Sabtu, 30 April 2016

Dihantar hening



...

Lagi, aku terjaga malam itu karena mendengar suara gaduh dari kamar sebelah. Tidak begitu jelas apa yang sedang mereka ributkan, yang ku dengar ayah seperti melempar botol kaca dan ibu hanya menangis. Selalu seperti ini.
Entah harus mendapatkan tamparan atau tonjokan dari ayah jika aku lagi-lagi harus mencoba membela ibu, namun bukan itu yang ku takutkan tapi aku hanya tidak suka jika ibu ikut memarahiku karena aku mencoba membelanya, kata ibu pukulan itu bagian nya bukan bagianku. Ahh rasanya aku tidak tahan!!! Namun seketika saja hening..

..

Keesokan harinya aku berlari ke kamar sebelah mencari ibu namun tak kudapati dikamar dan seluruh ruangan. Ayah juga tidak ada di rumah. Kamar itu acak-acakan, pecahan botol berserakan lalu terlihat ada bercak darah. Aku takut, aku khawatir apa yang terjadi semalam dan kemana ayah membawa ibu. Pikiran ku mulai bercabang, mencoba menerka-nerka apa yang sedang terjadi. Tidak ada niat sama sekali untuk membereskan kamar itu, aku kembali ke kamarku dan berharap sebentar lagi ibu akan datang. 

Tidak lama setelahku terlelap karena lelah menangis, terdengar ada yang masuk kedalam rumah. Suara langkah menuju kamar sebelah, lalu ia berdehem. Itu tentu ayah pikirku. Aku keluar dan mengintip apakah ibu ikut dengannya atau tidak, namun ternyata ayah sendirian. Kuberanikan diri bertanya pada ayah dimana ibu, tapi ayah tidak menghiraukan ku. Ayah tergesa-gesa merapikan kamar dan memasukkan beberapa pakaiannya kedalam tas lalu pergi tanpa menjelaskan apapun padaku. Aku semakin kalut, tidak tahu apa yang harus kulakukan. 

Kubaringkan badanku di kasur ibu dan mencoba menenangkan diri, berharap ini hanya mimpi.

Lewat semalam kuhabiskan tidur, tidak terasa haus dan lapar sedikit pun sejak kemarin. Tiba-tiba terdengar suara anak-anak kecil dari luar jendela kamar tidur. Ku hampiri mereka ke halaman rumah dengan sedikit keheranan karena tidak biasanya ada anak-anak kecil di lingkungan sekitar sini. "Kalian sedang main apa?" Mereka melihat ku lalu berbisik-bisik. Satu dari ketiga anak itu memengangi tanganku dan mengajak untuk bermain sebuah permainan yang tidak kumengerti. Aku sama sekali tidak menikmati permainan itu terlebih aku merasa anak-anak ini sangat aneh dan aroma tubuh mereka tidak sedap. Kubiarkan mereka bermain sementara aku masih sibuk memikirkan ibu kapan pulang, seketika aku tersentak dari lamunan karena anak-anak itu menarik tangan ku untuk mengajak ke suatu tempat namun aku menolak. "Ibu ku akan segera pulang, aku tidak bisa meninggalkan rumah kosong, ibu ku selalu berpesan seperti itu". Tapi tampaknya anak-anak itu menghiraukan ucapanku mereka terus menarik-narik tangan ku sampai akhirnya saat ku tolehkan pandangan kearah belakang aku melihat ibu. "lihat itu ibu ku, ibu ku sudah datang, sudah sana kalian pergi saja" ku hempaskan tangan anak-anak itu dan berlari ke arah ibu. Aku heran ibu tidak datang sendirian, ibu terlihat dirangkul seorang wanita berkerudung. Ibu jalan terpapah-papah, disusul dengan keramaian orang yang tak biasa.

Ku tunggu ibu di sisi pintu, sesaat belum sempat berteriak kearah ibu dan merangkulnya, ibu terjatuh pingsan. Aku sangat kaget. Aku kaget ketika orang-orang ramai itu kesulitan saat mencoba membantu ibu karena sebagian dari orang ramai itu sedang sibuk mengangkat sebuah keranda dan betapa terkejutnya aku melihat ada tubuhku di dalamnya. Aku tersentak, dan teman-teman kecil tadi rupanya masih terus mengikuti ku dan berusaha menarik tangan ku untuk pergi. Lalu mereka berbisik bahwa dua hari lalu mereka melihat ku dari balik jendela kamar dekat halaman saat ayah menikamkan sebuah belati ke perutku karena berusaha membela ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar